Analisis Distruptif dunia pendidikan dan tekhnologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi industri generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin uap pada abad ke- 18. Revolusi ini dicatat oleh ahli sejarah berhasil mengangkat naik perekonomian secara dramatis.
Kedua, ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik yang memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya yang mampu mengubah wajah dunia secara signifikan.
Kemudian revolusi industri generasi ketiga, ditandai dengan kemunculan teknologi komputer, internet dan digital yang tidak saja mengubah dunia industri namun juga budaya dan habitat generasi secara mendasar.
Berikutnya, pada revolusi generasi Keempat, Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau Intelegensi Artifisial.
Pendidikan 4.0 (education 4.0) adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Ini adalah lompatan dari Pendidikan 3.0 menurut Jeff Borden, mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak, dan “hal lain dengan e di depannya. Pendidikan 4.0 jauh diatas hal tersebut dan dalam beberapa hal, pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan munculnya revolusi industri keempat (4 IR) atau (RI 4) dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru.
"Tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 berupa perubahan dari cara belajar, pola berpikir serta cara bertindak para peserta didik dalam mengembangkan inovasi kreatif berbagai bidang. Dengan hal ini, dapat menekan angka pengangguran di Indonesia khususnya dalam persaingan pasar global,"
Pendidikan di abad 18 lebih mengandalkan pemahaman konseptual secara manual. Manusia yang hidup di abad tersebut memiliki kemampuan intelektual melalui referensi literatur yang disediakan di perpustakaan. Namun, hal tersebut sangat tidak efektif karena pendidikan hanya terserap untuk negara yang sudah mapan dalam bidang industri. Kemudian berkembang di abad 20 dengan munculnya alat-alat telekomunikasi modern yang mengubah gaya hidup manusia. Setelah itu, era digital mulai memasuki pasar teknologi global untuk memperbaharui pola pikir dalam berinovasi.
Tenaga pendidik di era revolusi industri harus meningkatkan pemahaman dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media, memahami informasi yang akan dibagikan kepada para peserta didik serta menemukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan akademisi literasi digital. Oleh karena itu semua pihak harus meningkatkan kolaborasi dalam orientasi pendidikan mendatang serta mengubah kinerja sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas pola pikir pelajar dan penguatan digitalisasi pendidikan yang berbasis aplikasi.
Kompetensi yang dibutuhkan guru dalam era Pendidikan 4.0 adalah:
Pertama, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill). Kompetensi ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Guru 4.0 harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor kompetensi ini dari diri peserta didik.
Kedua, keterampilan komunikasi dan kolaboratif (communication and collaborative skill). Sebagai satu kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam abad 21, keterampilan ini harus mampu dikonstruksi dalam pembelajaran. Model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus diterapkan guru guna mengkonstruksi kompetensi komunikasi dan kolaborasi.
Ketiga, keterampilan berpikir kreatif dan inovasi (creativity and innovative skill). Revolusi industri 4.0 mengharuskan peserta didik untuk selalu berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif. Tindakan ini perlu dilakukan agar peserta didik mampu bersaing dan menciptakan lapangan kerja berbasis industri 4.0. Kondisi ini diperlukan mengingat sudah banak korban revolusi industri 4.0. Misalnya, banyak profesi yang tergantikan oleh mesin digital robot. Contoh, pembayaran jalan tol menggunakan e-toll. Sistem ini telah memaksa pengelola jalan tol untuk memberhentikan tenaga kerja yang selama ini digunakan di setiap pintu tol.
Keempat, literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology literacy). Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kewajiban bagi guru 4.0. Literasi TIK harus dilakukan agar tidak tertinggal dengan peserta didik. Literasi TIK merupakan dasar yang harus dikuasai guru 4.0 agar mampu menghasilkan peserta didik yang siap bersaing dalam menghadapi revolusi industri 4.0.